RSS Feed

Thursday, September 24, 2009

Apa itu Farmasis?


Praktek kefarmasian dunia sekarang ini menuju ke arah yang mengintegrasikan antara patient-focused care dan pelayanan distribusi obat. Kecenderungan untuk tampil sebagai profesi yang paripurna akan diwujudkan dengan dilaksanakannya pharmaceutical care dimana farmasis bertanggungjawab akan ketepatan dari terapi obat dengan tujuan untuk mencapai luaran yang pasti dalam peningkatan kualitas hidup pasien. Empat luaran tersebut meliputi penyembuhan penyakit, menghilangkan atau mengurangi simptom yang muncul, menahan atau menghambat proses penyakit dan mencegah penyakit atau simptom tersebut. Pharmaceutical care membutuhkan pengetahuan yang mendalam tentang farmakoterapi, pemahaman yang baik tentang etimologi penyakit, pengetahuan tentang produk obat, kemampuan komunikasi yang kuat, monitoring obat, informasi obat dan keahlian perencanaan terapi serta kemampuan untuk memperkirakan dan menginterpretasikan data klinis yang ada. Menjamurnya apotek di Indonesia tidak menjamin pelaksanaan pharmaceutical care telah berlangsung optimal. Paradigma farmasis Indonesia saat ini dikenal dengan akronim “SI-ADI” yang merupakan kependekan dari “Simpan, Ambil dan Distribusi”. Terkesan hanya dari sisi managerialnya saja, lalu apa gunanya ilmu-ilmu yang lain? Kalau begitu, sarjana ekonomi lebih cocok daripada farmasis itu sendiri karena mereka yang lebih patut dijuluki “MANAGEMENT EXPERTS”. Terapi pengobatan pasien tidaklah sesederhana berobat ke dokter, ambil obat ke apotek lalu pulang. Obat, pada hakekatnya adalah racun bagi tubuh, yang bila tidak digunakan secara tepat akan membahayakan bagi pasien. Disinilah peran penting farmasis dibutuhkan. Karena pasien hanya mempunyai sedikit pengetahuan tentang obat atau bahkan tidak sama sekali. Dengan tidak mengurangi rasa hormat, sesungguhnya tugas farmasis lebih banyak dibandingkan dokter. Dokter hanyalah sebagai inisiator mulainya terapi. Namun dalam proses sampai akhir terapi adalah bagian farmasis. Selama ini farmasis hanya bekerja di belakang layar yang kurang mendapatkan perhatian langsung dari masyarakat umum. Keberhasilan terapi sering dikaitkan dengan jasa dokter tanpa melibatkan jasa farmasis. Jika kita mau belajar dari negara tetangga kita, Malaysia, farmasis sangatlah dihargai karena farmasis mempunyai peranan dan manfaat yang penting bagi pasien. “Professional Fee” farmasis di Malaysia tidak hanya diperoleh dari jasa managerialnya saja, namun juga dari jasa konsultasi. Hampir sama dengan dokter, untuk mengeluarkan resep, dokter memperoleh “Professional Fee”. Lalu bagaimanakah dengan sistem konsultasi yang dapat dilaksanakan farmasis? Seperti yang telah disebutkan di muka, pelaksanaan Pharmaceutical care adalah tanggungjawab farmasis mengenai kesuksesan terapi obat. Kesuksesan tersebut tidak hanya dinilai dari ketepatan perkiraan indikasi, pemilihan obat serta dosis saja, namun perlu juga diperhatikan tingkat kepatuhan pasien yang meliputi cara penggunaan, waktu penggunaan serta hal-hal yang harus dilakukan dan dihindari selama proses terapi. Jika pasien memahami dengan betul proses dan manfaat terapi, maka tingkat kesuksesan dari terapi tersebut akan optimal. Dari sisi inilah farmasis akan mendapatkan kepercayaan langsung pasien karena manfaat secara langsung profesi farmasi dapat dirasakan. Dengan demikian, profesi farmasi dalam sistem pelayanan kesehatan terutama di Indonesia ini tidaklah lagi dikesampingkan dan pengabdian profesi farmasi akan jauh lebih bermakna. Inilah hakekat profesi farmasi yang paripurna. Dari sisi ini, pasien akan diuntungkan, terapi yang dilaksanakan akan sukses dengan meminimalisir medication error yang mungkin terjadi karena ketidakpatuhan. Dari sisi ini, farmasis juga diuntungkan, seperti misalnya farmasis memiliki legal protection dalam arti farmasis telah berupaya memberikan konseling yang holistik sehingga medication error akan minimal dan kalaupun terjadi, besar kemungkinan karena pasien tidak patuh (dalam hal ini pasien tidak dapat menuntut farmasis kecuali terdapat kesalahan dalam konseling). Selain itu posisi farmasis dalam sistem pelayanan kesehatan juga tidak dapat digantikan karena farmasis merupakan “DRUG EXPERTS”. Yang paling utama adalah farmasis mendapatkan kepuasan kerja karena telah dapat menolong seseorang untuk meningkatkan kualitas hidupnya. Dan yang terakhir, farmasis akan memperoleh professional fee yang berupa consulting service revenue. Sedikit mengutip kata-kata bijak….manakala nilai hidup ini hanya untuk diri kita, maka akan tampak bagi diri kita bahwa kehidupan itu kecil dan singkat. Yang dimulai sejak kita memahami arti hidup dan berakhir hingga batas akhir hidup kita.

Mau?

afferinte.com

MERAIH RUPIAH KLIK INI

Join in Here