RSS Feed

Wednesday, December 15, 2010

ASUHAN KEBIDANAN Menometroragia

BAB I
PENDAHULUAN


1.1 Latar Belakang
Menometroragia adalah suatu penyakit yang sering ditemukan pada wanita-wanita usia subur dan menjelang menopause. Menometrorhagia ini bisa disebabkan oleh penyebab organik yaitu adanya kelainan pada organ reproduksi. Selain itu juga disebabkan oleh perdarahan disfungsional mengingat akibat perdarahan ini sangat bisa membahayakan bagi nyawa pasien, maka diperlukan penanganan dan pengobatan yang cepat dan tepat agar tidak lebih membahayakan bagi pasien.
Oleh karena itu penulis merasa penting mengambil kasus dengan judul pada Nn “T” usia 33 tahun dengan menometrorhagia dengan tujuan agar ibu dalam keadaan sehat dan tidak terjadi komplikasi lebih lanjut.

1.2 Tujuan Penulisan
a. Tujuan Umum
Melalui penulisan laporan ini kami berharap mampu mengkaji, mengidentifikasi, menganalisis dan melaksanakan asuhan kebidanan khususnya dalam hal penanganan menometrorhagia terutama bagi mahasiswa.
b. Tujuan Khusus
Dengan disusunnya laporan ini mahasiswa diharapkan :
1. Mahasiswa dapat mengumpulkan sampai dengan menganalisa data
2. Mahasiswa dapat mengidentifikasi diagnosa dan masalah
3. Mahasiswa dapat mengidentifikasi kebutuhan segera
4. Mahasiswa dapat merencanakan asuhan kebidanan yang telah dilakukan
5. Mahasiswa dapat melaksanakan asuhan kebidanan
6. Mahasiswa dapat melaksanakan asuhan kebidanan yang telah dilakukan
7. Mahasiswa dapat mengevaluasi tindakan yang telah dilakukan.
1.3 Ruang Lingkup
Ruang lingkup penyusunan asuhan kebidanan ini adalah pada ibu dengan post operasi atas indikasi cystoma ovarii yang dimulai dari pengkajian sampai evaluasi.

1.4 Sistematika Penulisan
BAB I PENDAHULUAN
Menguraikan tentang latar belakang, tujuan penulisan, ruang lingkup dan sistematika penulisan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Menguraikan tentang definisi, fisiologi, pengawasan, masalah, komplikasi dan penatalaksanaan.
BAB III TINJAUAN KASUS
Menguraikan tentang pengkajian data, identifikasi diagnosa dan masalah potensial, identifikasi kebutuhan segera, intervensi, implementasi.
BAB IV PEMBAHASAN
Menguraikan pembahasan dari kasus yang ditinjau dari teori yang mengungkapkan kesesuaian ataupun kesenjangan antara teori dan kasus.
BAB V PENUTUP
Menguraikan kesimpulan dan saran.











BAB II
TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Definisi
- Menometrorhagia adalah hipermenorhea atau menoragia adalah perdarahan haid yang lebih banyak dari normal/ lebih lama dari normal (lebih dari 8 hari)
(Sarwono, 1999 : 225)
- Menometrorhagia adalah perdarahan dari rahim yang terjadi pada waktu haid juga pada saat-saat lain.
(Kamus Kedokteran. 2000: 86)
- Hipermenorea adalah perdarahan lebih banyak jumlahnya dan dapat disertai gumpalan darah lama perdarahan lebih dari 8 hari.
(Manuaba : 1998, 398)
- Menometrorhagia adalah perdarahan uterus yang tidak sesuai waktu tetapi dalam jumlah yang banyak.
(Manuaba, 2001 : 500)

2.2 Etiologi
Etiologi menometrorhagian ada 2 yaitu :
1. Penyebab organik
Servik uteri : Karsinoma partiom, perlukaan serviks, polip servik, erosi pada portio, ulkus portio uteri
Vagina : Varices pecah, metostase kario karsinoma keganasan vagina, karsinoma vagina
Rahim : polip endometrium, karsinoma korpus uteri, submukosa mioma uteri.
Ovarium : radang ovarium, tumor ovarium, kista ovarium
2. Penyebab perdarahan disfungsional
Perdarahan uterus yang tidak ada hubungannya dengan sebab organik.
Perdarahan disfungsional terbagi menjadi 3 bentuk :
a. Perdarahan disfungsional dengan ovulasi (ovulatoir disfunction bleeding)
Jika sudah dipastikan bahwa perdarahan berasal dari endometrium tanpa ada sebab-sebab organik, maka harus diperhatikan sebagai etiologi.
- Korpus lutheum persistens
Dalam hal ini dijumpai perdarahan kadang-kadang bersamaan dengan ovarium yang membesar korpus lutheum ini menyebabkan pelepasan endometrium tidak teratur (irreguler shedding) sehingga menimbulkan perdarahan.
- Insufisiensi korpus lutheum menyebabkan premenstrual spotting, menorhagia dan polimenorrea, dasarnya adalah kurangnya produksi progesterone disebabkan oleh gangguan LH releasing factor.
- Apapleksia uteri pada wanita dengan hipertensi dapat terjadi pecahnya pembuluh darah dalam uterus.
- Kelainan darah seperti anemia, gangguan pembekuan darah purpura trombosit openik.
b. Perdarahan disfungsional tanpa ovulasi (anovulatoir disfunctiond bleeding.
Stimulasi dengan estrogen menyebabkan tumbuhnya endometrium dengan menurunnya kadar estrogen dibawah tingkat tertentu. Timbul perdarahan yang kadang-kadang bersifat siklis, kadang-kadang tidak teratur sama sekali.
c. Stres psikologis dan komplikasi dari pemakaian alat kontrasepsi.
(Sarwono, 1999 : 225-226)
3. Penanganan
a. Bila perdarahan disfungsional sangat banyak, penderita harus istirahat baring dan dilakukan pemeriksaan darah.
b. Setelah pemeriksaan ginekologis menunjukkan bahwa perdarahan berasal dari uterus dan tidak ada abortus incompletus, maka dapat diberikan :
- Estrogen dosis tinggi supaya kadarnya darah meningkat dan perdarahan berhenti, diberikan secara intra muscular (propionasi estrodiol 25 mg, kerugian therapy ini adalah bahwa setelah suntikan dihentikan maka perdarahan akan timbul lagi atau benzoas ekstradiol/valeras ekstradiol 20 mg.
- Progesterone : pemberian progesterone mengimbangi pengaruh estrogen terhadap endometrium diberikan secara intra muscular hidroksi progesterone 125 mg atau provera 10 mg oral (medroksi progesteron)
- Jika pemberian estrogen saja atau progesterone saja kurang bermanfaat, maka diberikan kombinasi estrogen dan progesterone yaitu pil kontrasepsi, pada therapi ini dapat diberikan progesterone untuk 7 hari mulai hari ke 21 siklus haid.
c. Dilakukan kuretase endometrium terhadap produk-produk konsepsi yang tertahan.
d. Antibiotika untuk infeksi pelvis.
4. Faktor-faktor etiologik
a. Komplikasi kehamilan
- Perdarahan implantasi
- Abortus
- Kehamilan ektopik
- Kehamilan mola penyakit trofoblastis
- Komplikasi plasenta
- Vaso previa
- Hasil konsepsi yang tertahan
- Sub involusi uterus setelah kehamilan.
b. Infeksi dan inflamasi
- Dulfitis dengan ekskoriosi
- Vaginitis
- Serviskis
- Endometritis
- Solpingo – ooforitis
c. Kelainan hormonal
- Disfungsi hipolamus, hipopise – ovarium
- Kisto fungsional ovarium yang menghasilkan hormon
- Hormon eksogen (estrogen, kontrasepsi oral estrogen-progestis)
- Disfungsi tiroid-hipotiroid lebih mungkin dari hipertioid dalam menyebabkan perdarahan pervaginam ireguler.
- Gangguan psikogenik
d. Trauma
- Perdarahan postoperotif
- Laserasi obstetrik
- Benda asing dalam vagina
- Alat kontrasepsi dalam rahim
e. Endometritis
f. Odenamiasis
g. Kelainan hemotalotik atau sistemik
- Trombositopenia
- Hipertensi
- Leukimia
- Penyakit hepar
h. Adenomiosis
(Kedaruratan Obgyne, 1994, 466-467)











2.3 KONSEP MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN
2.3.1 Pengkajian Data
Tanggal Pengkajian : Tanggal dilakukan pengkajian data
Tempat pengkajian : Tempat dilakukan pengkajian data
A. Data Subyektif
1. Biodata
Nama : Untuk mengidentifikasi pasien agar tidak terjadi kesalahan dan membedakan pasien yang satu dengan pasien yang lain.
Umur : untuk mengetahui tingkat kedewasaan pasien
Agama : untuk memudahkan pemberian dukungan spiritual
Pendidikan : Untuk memudahkan memberi KIE sesuai dengan tingkat pendidikan
Pekerjaan : Untuk mengetahui aktivitas dan tingkat sosial ekonomi keluarga
2. Keluhan Utama
Menometharagia terjadi haid lebih dari 8 hari atau darah banyak serta bergumpal.
3. Riwayat Kesehatan Sekarang
Menometrorhagia terjadi karena varises pecah, karsinoma vagina, perlukaan serviks, karsioma partio, erosi parsio, mioma uteri, karsinoma karpus uteri, radang ovarium, vulvitis dan vaginitis.
4. Riwayat penyakit yang lalu
Apakah sebelumnya pasien pernah menderita karsinoma vagina, perlukaan servik, karsinoma partio, erosi parsio, mioma uteri, karsinoma karpus uteri, radang ovarium, kista ovarium, vulvitis dan vaginitis..
5. Riwayat penyakit keluarga
Untuk mengetahui adakah keluarga yang menderita penyakit menular, menurun dan apakah keluarga pernah mengalami gangguan haid.

6. Riwayat haid
Menarche : pertama kali haid
Siklus haid : pada menometrorhagia biasanya siklus haid tidak teratur.
Banyaknya : pada menometrorhagia biasanya darah haid banyak dan bergumpal.
Keluhan : dismenorhea atau tidak
Fluor albus : banyak/ tidak, gatal/ tidak, warna jernih/ keruh.
7. Pola kebiasaan sehari-hari
a. Nutrisi
Pada menometrorhagia memerlukan nutrisi yang cukup terutama bahan makanan yang banyak mengandung zat besi untuk meningkatkan kadar hemoglobin dalam darah.
b. Pola istirahat
Pada menometrorhagia dianjurkan untuk tirah baring atau bedrest untuk menghindari keluarnya darah yang banyak.
c. Pola kebersihan
Pada menometrorhagia darah banyak keluar sehingga pasien harus selalu menjaga kebersihan alat genetalia dan sering ganti pembalut untuk mencegah terjadinya infeksi.
d. Pola eliminasi
Untuk mengetahui adakah gangguan pada BAB dan BAK.
e. Pola aktivitas
Pada menometrarhagia ibu tidak boleh berjalan-jalan karena akan memperbanyak pengeluaran darah.
8. Riwayat psikososial, budaya dan spiritual
• Psikologi
Pada menometrarhagia biasanya pasien merasa khawatir karena perdarahan.
• Sosial
Untuk mengetahui hubungan pasien dengan keluarga, dan masyarakat sekitar.
• Budaya
Untuk mengetahui budaya yang dianut keluarga, seperti jika ada keluarga sakit berobat kemana, selama perdarahan minum obat apa.
• Spiritual
Untuk mengetahui agama dan kepercayaan untuk memudahkan memberi dukungan spiritual.
B. Data obyektif
1. Pemeriksaan Umum
Keadaan umum : baik, cukup, lemah
Kesadaran : composmentis, somnolen, apatis
TTV : TD : 100/60 s/d 140/90 mmHg
Nadi : Normalnya 70 – 90 x/menit
Suhu : normalnya 36 0C – 37 0C
Rr : normalnya 16 – 24 x/menit
2. Pemeriksaan Fisik
a. Inspeksi
Kepala : rambut rontok/ tidak, kotor/ bersih, warna rambut, adakah benjolan atau tidak.
Muka : pucat menandakan adanya anemi karena perdarahan
Mata : konjungtiva pucat menandakan adanya anemi, sklera ikterus menandakan adanya penyakit hepatitis.
Leher : adakah pembesaran kelenjar tyroid.
Payudara : simetris/ tidak, adakah benjolan abnormal
Perut : adakah pembesaran perut, adakah luka bekas operasi
Genetalia : adakah oedema/ varises, adakah tanda-tanda infeksi (panas, bengkak, kemerahan), biasanya darah keluar banyak dan bergumpal.
Ekstremitas : simetris atau tidak, pucat menandakan anemia, oedema atau tidak
b. Palpasi
Leher : adakah pembesaran kelenjar tyroid, bendungan vena jugularis atau pembesaran kelenjar limfe
Perut : adakah ballotement atau masa, adakah nyeri tekan
Ekstremitas : turgor kulit baik/ jelek
c. Auskultasi
Dada : adanya ronkhi atau wheezing menandakan adanya asma
Perut : bising usus positif atau negatif
d. Perkusi
Reflek patela positif atau negatif
3. Pemeriksaan penunjang
Dilakukan pemeriksaan ginekologis untuk mengetahui sumber pendarahan.
4. Terapi
Erstrogen : dipropianasi estradiol 25 mg atau benzoas ekstradiol 20 mg.
Progesteron : hidroksi progesterone 125 mg atau medroksi progesterone/provera 10 mg
Estrogen dan progesteron : pil kontrasepsi komplikasi progesteron dan estrogen selama 7 hari.

2.3.2 Identifikasi Diagnosa dan Masalah
Dx : Nn ........ usia ........ tahun dengan menometrorhagia
Ds : Pada menometrorhagia terjadi haid lebih dari 8 hari dan keluar darah banyak serta bergumpal.
Do : Keadaan umum : baik, cukup, lemah
Kesadaran : composmentis, somnolen, apatis, coma
TTV : TD : 100/60 s/d 120/80 mmHg
Nadi : Normalnya 70 – 90 x/menit
Suhu : Normalnya 36 0C – 37 0C
Rr : Normalnya 16 – 24 x/menit
Muka : biasanya muka pucat karena perdarahan
Mata : konjungtiva pucat karena pendarahan
Genetalia : terdapat pengeluaran darah banyak dan bergumpal
Ekstremitas : turgor kulit baik atau jelek

2.3.3 Antisipasi Masalah Potensial
- Potensial terjadi anemia
- Potensial terjadi infeksi

2.3.4 Identifikasi Kebutuhan Segera
- Kolaborasi dengan dokter
- Mengatasi anemia

2.3.5 Intervensi
Dx : Nn ....usia .... tahun dengan menometrorhagia
Tujuan : Pendarahan pervaginam berhenti
Kriteria hasil : - KU baik
- Perdarahan berhenti
- Anemi teratasi (HB 11-16 gr %)
- TTV dalam batas normal
- Tidak terjadi komplikasi
Intervensi
1. Anjurkan pasien untuk tirah baring atau bedrest.
R/ tirah baring dapat mengurangi perdarahan.
2. Lakukan transfusi darah.
R/ transfusi darah untuk meningkatkan kadar HB.
3. Lakukan pemeriksaan ginekologis.
R/ mengetahui penyebab/sumber perdarahan.
4. Berikan estrogen dosis tinggi
R/ estrogen dapat mengurangi perdarahan.
5. berikan progesteron dosis tinggi.
R/mengimbangi kerja hormon estrogen.

6. Berikan kombinasi estrogen dan progesteron.
R/ mempercepat berhentinya perdarahan.
7. Lakukan uretase pada endometrium.
R/ mengevaluasi hasil konsepsi yang tertahan.
8. Berikan antibiotik
R/ antibiotik dapat mencegah terjadinya infeksi.

2.3.6 Implementasi
Dilakukan sesuai intervensi

2.3.7 Evaluasi
Tanggal : tanggal dilakukan evaluasi
Tempat : tempat dilakukan evaluasi
S : untuk mengetahui keluhan ibu, apakah perdarahan sudah berhenti atau masih banyak, bergumpal atau tidak, khawatir atau tidak.
O : - Pasien tampak berbaring di tempat tidur/jalan-jalan
- Transfusi darah berhasil atau tidak
- Pemeriksaan ginekologis sudah dilakukan/belum
- Terapi estrogen dosis tinggi diberikan/tidak
- Terapi progesteron dosis tinggi diberikan/ tidak
- Terapi kombinasi estrogen dan progesteron
- Kuretase dilakukan atau tidak
- Antibiotik diberikan atau tidak.
A : Nn ......... usia ....... tahun dengan menometroragia teratasi atau belum.
P : Jika masalah belum teratasi lanjutkan rencana dan terapi serta kolaborasi dengan dokter.
Jika masalah teratasi pasien boleh pulang dengan KIE :
- Kontrol setelah obat habis dan jika ada keluhan.
- Banyak makan sayur yang mengandung zat besi.
- Obat diminum secara teratur.


BAB III
TINJAUAN KASUS


3.1 PENGKAJIAN DATA
Hari / Tanggal / Jam : Selasa 15 Januari 2008 /08.00 WIB
Tempat : Ruang Melati I Puskesmas Sumber Pucung
No. Register : 02.248.08
Oleh : Arik Kusumawati

3.1.1 Data Subyektif
a. Biodata
Nama : Nn “T”
Umur : 22 tahun
Agama : Islam
Pekerjaan : Swasta
Pendidikan : SMA
Alamat : Desa Sambigede RT 28/7 Sumberpucung - Malang
b. Keluhan utama
Pasien mengatakan menstruasi sejak 3 hari yang lalu belum berhenti, darah keluar banyak, bergumpal, berwarna merah kehitaman.
c. Riwayat kesehatan sekarang
Pasien mengatakan pasien mengatakan saat ini tidak menderita karsioma vagina, polip servik, karsinoma korpus uteri, karsinoma ovarium atau kista ovarium, vulvitik, vaginitis.
d. Riwayat Kesehatan yang lalu
Pasien mengatakan sebelumnya tidak pernah menderita penyakit karsionam vagina, polip servik, karsinoma korpus uteri, tumor ovarium, kista ovarium, vulvitis atau vaginitis.
e. Riwayat Kesehatan Keluarga
Pasien mengatakan dalam keluarganya tidak ada yang menderita penyakit darah tinggi, jantung, asma, kencing manis, hepatitis, serta tidak ada yang mengalami kelainan haid.
f. Riwayat Pernikahan
Pasien mengatakan belum menikah.
g. Riwayat Haid
Menarche : 13 tahun
Siklus haid : tidak teratur sejak 1 tahun terakhir
Lama haid : ± 10 hari
Banyaknya : ganti softex 4-5 x/hari
Dismenorhea : tidak
h. Pola kebiasaan sehari-hari
 Pola nutrisi
Di rumah : Ibu makan 3 kali per hari, dengan porsi ½ piring nasi, mangkok kecil sayur, lauk 1-2 potong dihabiskan dan minum teh manis dan air putih.
Di Puskesmas : Ibu makan sesuai porsi puskesmas, nasi 1 piring, sayur 1 mangkok kecil, lauk 1-2 potong hanya dihabiskan sebagian dan teh manis dan air putih.
 Pola istirahat
Di rumah : Pasien jarang tidur siang, tidur malam ± 7-8 jam/hari
Di Puskesmas : Pasien tidur siang ± 1 jam, tidur malam ± 7-8 jam/hari
 Pola aktivitas
Di rumah : Pasien mengatakan bekerja (di pabrik) mulai jam 08.00 pagi sampai jam 17.00 WIB, pasien kadang membantu ibu menyapu dan memasak.
Di Puskesmas : Ibu tidak melakukan aktivitas hanya berbaring dan duduk, ke kamar mandi rata-rata 3 x/hari.
 Pola eliminasi
Di rumah : BAK : 2-3 x/hari, warna jernih
BAB : 1-2 x/hari, konsistensi lunak, warna kuning, bau khas.
Di Puskesmas : BAK : 3 x/hari, BAB 1 x/hari
BAB : 1 x/hari, konsistensi lunak, warna kuning, bau khas.
 Pola kebersihan
Di rumah : Mandi 2 x/hari, gosok gigi 5 x/hari, ganti baju 2 x/hari, ganti celana dalam 2 x/hari atau setiap kotor, ganti pembalut setiap kali penuh atau sekitar 4 x/hari, keramas 2 hari sekali.
Di Puskesmas : Di seka 2 kali/hari, gosok gigi 2 x/hari, ganti baju 2 x/hari, ganti celana dalam 2 x/hari, ganti pembalut rata-rata 4 x/hari
 Pola kebiasaan lain
Pasien mengatakan tidak pernah merokok atau minum-minuman keras, selama perdarahan pasien tidak minum obat untuk menghentikan.
i. Data psikososial
- Psikologi
Pasien dan keluarga merasa khawatir dengan keadaannya ini.
- Status sosial
Hubungan pasien dan keluarga dan tetangga baik, terlihat dari keluarga yang selalu menunggu dan tetangga yang terus bergantian menjenguk.
- Budaya
Dalam keluarga pasien tidak mempunyai budaya-budaya lain, jika ada keluarga sakit langsung ke rumah bidan.
- Spiritual
Pasien dan keluarga menganut agama Islam.

3.1.2 Data Obyektif
a. Pemeriksaan Umum
Keadaan Umum : cukup
Kesadaran : composmentis
TTV : TD : 110/70 mmHg
N : 88 x/menit
S : 36,3 0C
Rr : 20 x/menit
b. Pemeriksaan Fisik
1. Inspeksi
Kepala : Rambut hitam, berombak, tidak ada kelainan, kulit kepala bersih, rambut tidak rontok.
Muka : muka tampak cemas, pucat, tidak oedema, tidak ada kelainan.
Mata : simetris, konjungtiva pucat, sklera tidak ikterus
Hidung : simetris, tidak ada pengeluaran sekret, tidak ada pernapasan cuping hidung, tidak ada kelainan pada hidung
Telinga : simetris, bersih, membran timpani utuh, tidak ada gangguan pendengaran
Mulut : simetris, bibir tidak kering, pucat, tidak ada kelainan.
Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tyroid, bendungan vena jugularis
Dada : simetris, tidak ada retraksi dinding dada
Payudara : simetris, tidak ada benjolan
Perut : tidak ada pembesaran perut, tidak ada luka bekas operasi
Genetalia : terdapat pengeluaran darah, banyak bergumpal berwarna merah kehitaman, bau khas
Ekstremitas : simetris antara kanan kiri dan atas bawah, tidak oedema, kuku tangan tampak pucat, infus terpasang di tangan sebelah kanan.
2. Palpasi
Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tyroid/ bendungan vena jugularis atau pembesaran kelenjar limphe
Perut : tidak ada pembesaran perut, tidak ada balotement, tidak ada nyeri tekan.
Ekstremitas : tidak ada oedema, kelenjar keringat dingin.
3. Auskultasi
Dada : tidak ada bunyi ronkhi/ wheezing
Perut : bising usus positif
4. Perkusi
Reflek patela + / +
5. Pemeriksaan penunjang
- Pemeriksaan laboratorium
Tanggal 13 Januari 2008 : HB : 7,6 gr %
Tanggal 14 Januari 2008 : HB : 8,4 gr %
Tanggal 15 Januari 2008 : HB : 8,4 gr %
c. Terapi Tanggal 15 Januari 2008
- Infus US 20 tetes/menit
- Intermic inj. 3 x 500 mg
- Solultrol 3 x 1 tablet

3.2 IDENTIFIKASI DIAGNOSA DAN MASALAH
Diagnosa : Nn “T” usia 22 tahun dengan menometrorhagia
Ds : - Pasien mengatakan menstruasi sejak 3 hari yang lalu belum berhenti, darah yang keluar banyak, bergumpal, berwarna merah kecoklatan, baunya khas, tidak nyeri.
- Riwayat haid
Siklus haid : tidak teratur
Lama haid : rata-rata 10 hari
Banyaknya : ganti softex rata-rata 6-7 x/hari
Dismenorhea : tidak
Do : Keadaan umum : cukup
Kesadaran : composmentis
TTV : TD : 110/70 mmHg
Nadi : 88 x/menit
Suhu : 36,3 0C
Rr : 20 x/menit
Muka : tampak pucat, tampak cemas
Mata : Konjungtiva pucat, sklera tidak ikterus
Bibir : bibir tidak kering, pucat
Genetalia : terdapat pengeluaran darah dari vagina, berwarna merah kecoklatan, banyak dan bergumpal, bau khas.
 Pemeriksaan
- Pemeriksaan darah
Tanggal 15 Januari 2008
HB : 8,4 gr %
Masalah : Cemas dengan keadaannya.
Ds : Pasien mengatakan khawatir dengan keadaannya
Do : Ekspresi wajah ibu tampak cemas.

3.3 ANTISIPASI MASALAH POTENSIAL
- Potensial terjadi infeksi
- Potensiak terjadi syok

3.4 IDENTIFIKASI MASALAH POTENSIAL
- Kolaborasi dengan dokter spesialis
- Mengatasi anemia.

3.5 INTERVENSI
Dx : Nn “T” usia 22 tahun dengan menometrorhagia
Tujuan : Perdarahan pervaginam berhenti
Kriteria hasil : - KU baik
- Perdarahan bisa berkurang/berhenti
- Anemi bisa teratasi CHB 11-16 gr %
- TTV dalam batas normal
Intervensi :
1. Lakukan pendekatan pada ibu dan keluarga
R/ pendekatan yang baik akan menimbulkan rasa percaya kepada petugas sehingga pasien lebih kooperatif.
2. Jelaskan pemeriksaan pada pasien dan keluarga.
R/ hasil pemeriksaan akan menambah pengetahuan dan wawasan tentang keadaan pasien saat ini.
3. Lakukan pemeriksaan tanda-tanda vital setiap 6 jam
R/ parameter deteksi dini adanya komplikasi.
4. Lakukan pemantauan cairan infus setiap 6 jam.
R/ parameter deteksi darah yang hilang.
5. Lakukan pemantauan perdarahan setiap hari
R/ parameter deteksi darah yang hilang.
6. Lakukan transfusi darah
R/ transfusi darah dapat meningkatkan kadar HB
7. Lakukan pemeriksaan kadar HB setelah transfusi
R/ pemantauan keberhasilan transfusi.
8. Anjurkan pasien untuk tirah baring atau bedrest
R/ menghindari keluarnya darah yang berlebihan.
9. Anjurkan pasien untuk makan sayuran yang berwarna hijau tua
R/untuk meningkatkan kadar HB dalam darah.
10. Ajarkan pasien cara menjaga personal hygiene
R/ mencegah secara dini terjadinya infeksi
11. Anjurkan pada keluarga untuk membantu kebutuhan pasien.
R/ dukungan keluarga dapat membuat pasien lebih nyaman.
12. Anjurkan pasien untuk minum obat secara teratur
R/ minum obat teratur dapat membantu penyembuhan.
13. Lakukan kolaborasi dengan dokter
R/ melakukan fungsi dependen.

Masalah : Cemas denan keadaannya.
Tujuan : Kecemasan pasien teratasi
Kriteria hasil : Ibu tidak cemas dan bisa menerima keadannya.
Intervensi
1. Beri penjelasan pada pasien tentang keadaannya
R/ menambah pengetahuan dan wawasan tentang keadaannya saat ini.
2. Beri dukungan dan motivasi pada pasien.
R/ dukungan dan motivasi membuat pasien lebih nyaman dan tenang.


3. Anjurkan pasien untuk berdo’a menurut agama dan kepercayaannya.
R/ berdoa akan membuat pasien tenang dan tabah dalam menghadapi penyakitnya.
4. Anjurkan pasien untuk banyak istirahat
R/ menghindari keluarnya darah yang lebih banyak.

3.6 IMPLEMENTASI
Hari / tanggal : Selasa 15 Januari 2008
Tempat : Ruang Melati I
Dx : Nn “T” usia 22 tahun dengan menometrarhagia

Jam 08.45 1. Melakukan pendekatan pada ibu dengan memberi salam dan memperkenalkan diri.
Jam 08.50 2. Melakukan pemeriksaan dan menjelaskan bahwa keadaan ibu cukup baik, serta pemeriksaan HB kurang dari normal (8,4 gr %), anemi belum teratasi.
Jam 08.55 3. Melakukan pemeriksaan tanda-tanda vital dengan hasil tekanan darah 110/70 mmHg, nadi 88 x/menit, suhu 36,3 0C dan pernapasan 20 x/menit.
Jam 09.00 4. Melakukan pemantauan perdarahan masih banyak/ softek (ganti 6-7 x/hari) bergumpal, berwarna merah kehitaman, bau khas.
Jam 09.05 5. Melakukan pemantauan cairan infus NS 20 tetes/menit, lancar, terpasang di tangan sebelah kiri.
Jam 09.20 7. Menganjurkan pasien untuk berbaring di tempat tidur, tidak boleh jalan-jalan, boleh ke kamar mandi untuk BAB dan BAK.
Jam 09.30 8. Menganjurkan pasien untuk sering mengganti pembalut setiap kali penuh/ basah/ lembab, mengajarkan cara cebok yang benar dari arah depan (vagina) ke belakang (anus) jangan sampai terbalik.
Jam 09.45 9. Menganjurkan keluarga untuk membantu pasien jika membutuhkan sesuatu.
Jam 09.50 10. Memberikan motivasi kepada pasien dengan mendengarkan keluhan-keluhan yang dirasakan pasien.
Jam 09.55 11. Menganjurkan pasien dan keluarga untuk berdoa sesuai agama dan kepercayaannya
Jam 10.00 12. Menganjurkan pasien untuk minum obat secara teratur sesuai anjuran.
Solvitrol : 3 x 1 tablet (pagi, siang, sore)
Jam 10.05 13. Menganjurkan pasien dan keluarga untuk terus berdo’a kepada tuhan yang maha esa untuk kesembuhan pasien.
Jam 10.10 14. Melakukan kolaborasi dengan dokter.
Terapi tanggal 15 Januari 2008 : infus NS 20 tetes/ menit
Injeksi intermic 3 x 500 mg
Saluitral 3 x 1 tablet
Rencana : dilakukan USG abdomen
Transfusi darah 2 WB

3.7 EVALUASI
Hari/ Tanggal/ Jam : Selasa / 15 Januari 2008/ Jam 10.20 WIB
Tempat : Ruang Melati I, Puskesmas Sumber Pucung
Dx : Nn “T” usia 22 tahun denagn menometrorhagia
S : Ibu mengatakan darah masih keluar, gumpalan berkurang, bau khas
O : KU : cukup
Kesadaran : composmentis
TTV : TD : 110/70 mmHg
Nadi : 84 x/menit
Suhu : 36 0C
RR : 20 x/menit
- Infus terpasang ditangan sebelah kanan 20 tetes/menit, lancar
- Perdarahan banyak, gumpalan berkurang
- Pasien tampak berbaring di tempat tidur
- Pasien tampak menghabiskan makannya
- Pasien bisa menjelaskan cara cebok yang benar, menjaga kebersihan alat genetalianya.
- Keluarga selalu membantu kebutuhan pasien.
- Pasien minum obat sesuai anjuran solvitrol 3 x 1 tablet.
- Pasien dan keluarga selalu berdoa.
A : Nn “T” usia 22 tahun dengan menometrorhagia belum teratasi
P : - Lakukan transfusi darah
- Lakukan pemeriksaan Hb setelah transfusi
- Lakukan USG abdomen
- Pemantauan perdarahan.

3.8 CATATAN PERKEMBANGAN
Dx : Nn “T” usia 22 tahun dengan menometrorhagia
Tanggal : 16 Januari 2007
Jam : 20.00 WIB
S : Pasien mengatakan perdarahan sudah berkurang, gumpalan tidak ada, bau khas
O : KU : cukup
Kesadaran : composmentis
TD : 110/70 mmHg
N : 80 x/menit
S : 36,2 0C
Rr : 20 x/menit
Muka : tampak pucat, tidak oedema
Mata : konjungtiva pucat, tidak ikterus
Mulut : pucat, tidak kering
Genetalia : darah keluar sedikit, tidak ada gumpalan, bau khas
Ekstremitas : tidak pucat, tidak oedema.
 Pemeriksaan penunjang
Tanggal : 16 Januari 2008
Pemeriksaan HB : 8,4 gr %
Dilakukan USG abdomen dengan hasil kista ovarii disebelah kanan dengan diameter 3 cm.
A : Nn “T” usia 22 tahun dengan cystoma ovarii

P : - Lakukan transfusi darah 2 WB
- Cek HB setelah transfusi
- Beri KIE tentang hasil pemeriksaan
- Pemantauan cairan infus
- Anjurkan pasien untuk minum obat teratur
I : - Menjelaskan pada pasien hasil USG abdomen adalah cystoma ovari sebelah kanan, tetapi tidak ganas sehingga tidak perlu dilakukan operasi hanya konsultasi dokter spesialis kandungan untuk terapi atau tindakan selanjutnya.
- Meneruskan terapi dari dokter
• Terapi tanggal 16 Januari 2007
Infus NS 20 tetes/menit
Inj. Infermic 3 x 500 mg
Solvitrol 3 x 1 tablet
Regumen 3 x 1 tablet
• Rencana transfusi 2 WB
- Melakukan pemantauan perdarahan berkurang, tidak ada gumpalan, ganti softex 3-4 x/hari), warna merah kehitaman, bau khas
- Melakukan pemantauan cairan infus NS 20 tetes/menit, lancar, terpasang di tangan sebelah kiri
- Menganjurkan pasien untuk menghabiskan porsi makannya dan minum air putih yang banyak.
- Menganjurkan pasien untuk minum obat teratur sesuai anjuran.
Solvitrol 3 x 1 tablet (pagi, siang, sore)
Regumen 3 x 1 tablet (pagi, siang, sore)
E : - Transfusi darah belum dilakukan karena darah belum ada
- Melanjutkan terapi dan pemantauan perdarahan




Tanggal : 17 Januari 2007
Jam : 20.00 WIB
Dx : Nn “T” usia 22 tahun dengan cystoma ovarium
S : Pasien mengatakan darah sudah tidak keluar, hanya flek-flek kecoklatan.
O : KU : cukup
Kesadaran : composmentis
TD : 110/70 mmHg
N : 84 x/menit
S : 36,2 0C
Rr : 16 x/menit
Muka : tampak cemas dan pucat
Mata : konjungtiva pucat
Mulut : bibir tampak pucat
Genetalia : keluar flek-flek kecoklatan
Ekstremitas : terpasang infus di tangan sebelah kanan.
 Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan HB : 8,4 gr %
A : Nn “T” usia 22 tahun dengan cystoma ovarium
P : - Lakukan transfusi darah 2 WB
- Cek HB setelah transfusi
- Teruskan terapi
- Pemantauan perdarahan
- Pemantauan cairan infus
I : - Melakukan transfusi darah
Tanggal 17 Januari 2008
Lobu I jam 19.30 WIB s/d 21.30 WIB : 200 cc
Infus NS jam 21.30 s/d 22.00 WIB
Lobu II jam 22.00 s/d 24.00 WIB : 200 cc
Meneruskan terapi dari dokter


Terapi tanggal 17 Januari 2008 :
- Infus NS 20 tetes/menit
- Injeksi intermic 3 x 500 mg (kalau perlu)
- Solvitrol 3 x 1 tablet
- Perdarahaan berkurang tampak flek-flek kocoklatan
- Infus terpasang di bagian sebelah kanan NS 20 tetes/menit, lancar
- Menganjurkan pasien untuk menghabiskan porsi makannya dan makan yang banyak mengandung zat besi (bayam, daun singkong, hati, daging), banyak minum air putih.
E : Transfusi sudah dilakukan sebanyak 2 labu WB, tidak ada reaksi alergi, rencana pemeriksaan HB besok.

Tanggal : 18 Januari 2007
Jam : 09.00 WIB
Dx : Nn “T” usia 22 tahun dengan cystoma ovarium
S : Pasien mengatakan tidak ada pengeluaran darah, tidak ada flek-flek, bersih.
O : KU : baik
Kesadaran : composmentis
TD : 110/70 mmHg
N : 84 x/menit
S : 36,4 0C
Rr : 20 x/menit
Muka : tidak pucat
Mata : konjungtiva tidak pucat
Mulut : bibir tidak pucat
Genetalia : tampak bersih, tidak ada pengeluaran darah atau flek-flek.
Ekstremitas : tidak pucat, infus terpasang di tangan sebelah kanan
 Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan HB dengan hasil : 11,6 gr %
A : Nn “T” usia 22 tahun dengan cystoma ovarium
P : - Meneruskan terapi dokter
- Anjurkan pasien untuk menghabiskan porsi makanannya dan makan-makanan yang mengandung zat besi
- Pemantauan cairan infus dan perdarahan.
I : - Advice dokter: - Infus dilepas
- Solvitrol 3 x 1 tablet
- Pasien boleh pulang
- Konsultasi dokter rumah sakit
- Melakukan pelepasan infus
- Memberikan obat 3 x 1 tablet dan minum secara teratur
- Menganjurkan pasien menghabiskan porsi makannya dan makan-makanan yang banyak mengandung zat besi (bayam, daun singkong, hati dan daging) dan banyak minum air putih.
E : - Anemia teratasi, perdarahan berhenti dan keadaan umum membaik, infus dilepas pasien boleh pulang.
- Menganjurkan pasien untuk kontrol jika obat habis dan jika ada keluhan.
- Menganjurkan ibu untuk konsultasi ke dokter spesialis kandungan di rumah sakit untuk penanganan lebih lanjut.













BAB IV
PEMBAHASAN


Setelah dilakukan asuhan kebidanan pada kasus Ny”T” dengan menometrorhagia penulis menemukan sedikit kesenjangan antara teori dan praktek yaitu:
- Pada teori seharusnya dilakukan pemeriksaan ginekologis untu memastikan sumber perdarahan, namun dalam prakteknya tidak dilakukan karena pasien belum menikah sehingga dilakukan USG abdomen untuk mengetahui penyebab perdarahan
- Pada teori untuk menangani menometrorhagia diberikan estrogen dosis tinggi atau kombinasi estrogen dan progesterone untuk menghentikan perdarahan, namun dalam praktek diberikan intermic injeksi (uterotonika) untuk menghentikanj perdarahan
- Pada teori diberikan antibiotic untuk mencegah infeksi yang terjadi akibat perdarahan, namun dalam prakteknya tidak diberikan antibiotik baik oral maupun parenteral
Pada kasus Ny”T” dengan menometrorhagia untuk menghentikan perdarahan dan mengetahui penyebabnya dilakukakn tindakan sebagai berikut :
- Pemberian infuse NS 20 tetes/menit untuk menggantikan caiaran yang hilang dan memperbaiki keadaan umum pasien menjadi lebih baik
- Pemberian injeksi intermic 3 X 500 mg per infuse untuk merangsang kontraksi agar perdarahan bisa berhenti
- Pemberian solvitrol 3 X 1 tablet peroral untuk meningkatkan kadar HB dalam darah
- Dilakukan pemeriksaan HB setiap hari untuk mementau kadar HB dalam darah dan keadaan pasien
- Dilakukan tranfusi darah 2 WB untuk menggantikan darah yang hilang akibat perdarahan,meningkatkan kadar HB dalam darah dan memperbaiki keadaan pasien
- Dilakukan USG abdomen untuk mengetahui penyebab menometrorhagia dengan hasil adanya kistoma ovarium disebalah kanan dengan diameter 3 cm
Setelah Dilakukan Tindakan Tersebut Akhirnya Menometrorhagia Dapat Teratasi dengan perdarahan berhenti dan keadaan pasien menjadi lebih baik sehingga pasien boleh pulang, seharusnya dengan adanya kistoma ovarium pasien tidak dipulangkan namun dilakukan rujukan kerumah sakit yang lebih lengkap untuk dilakukan kuretase atau dilakukan operasi pengambilan kista agar kejadian menometrorhagia tidak berulang dan kista tidak bertambah besar yang bisa membahayakan pasien, namun dari pihak puskesmas tidak melakukan rujukan kerumah sakit hanya memberikan konseling untuk konsultasi sendiri ke dokter spesialis kandungan atau kerumah sakit untuk penanganan lebih lanjut

BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Menometrorhagia merupakan suatu penyakit yang sering ditemukan pada wanita usia subur dan menjelang menopause. Penyebab menometrorhagia bisa disebabkan oleh kelainan organik dari servik uteri, vagina, rahim ataupun tuba falopi serta kista ovari.
Menometroragia juga bisa disebabkan oleh perdarahan disfungsional dengan ovulasi, perdarahan disfungsional tanpa ovulasi ataupun stress psikologis dan komplikasi dari pemakaian obat kontrasepsi.
Pada kasus Ny”T’ dengan menometrorhagia dapat disimpulkan bahwa pasien mengalami perdarahan yang banyak menyebabkan anemia, kadar HB menurun hingga 8,4 gr % dan pasien menjadi lemah sehinga pasien perlu tirah baring untuk mencegah perdarahan, diberikan infus dan tranfusi darah, pada awalnya tranfusi terlambat dilakukan karena persediaan darah habis dan akhirnya tranfusi 2 WB dapat dilakukan sehingga anemia dapat teratasi dengan kadar HB meningkat menjadi 11,6 gr %, untuk memastikan penyebab dari menometroragia dilakukan USG abdomen dengan hasil adanya cystoma ovari disalah satu ovarium sebelah kanan dengan diameter 3 cm, karena kista tidak ganas sehingga tidak memerlukan operasi hanya konsultasi kedokter spesialis kandungan atau kerumah sakit untuk tindakan lebih lanjut

5.2 Saran
a. Pada petugas kesehatan
Diharapkan pada semua petugas kesehatan puskesmas Sumberpucung agar menangani menometrorhagia dengan cepat dengan mencari penyebab atau sumber perdarahan dan menghentikan perdarahan dengan segera karena perdarahan yang terlambat penanganan dapat membahayakan nyawa pasien
b. Pada masyarakat
Diharapkan pada masyarakat untuk selalu memperhatikan kesehatan, individu dan keluarga dan tidak mengangap remeh adanyan kejadian gangguan haid terutama haid yang banyak dan melebihi batas normal, jika ada kejadian perdarahan tiba-tiba dan banyak agar segera berobat ketenaga kesehatan agar penyebab perdarahan dapat segera diketahui dan perdarahan dapat ditangani dengan tepat waktu dan tidak terjadi komplikasi
c. Bagi mahasiswa
Diharapkan kepada seluruh mahasiswa agar melakukan pengkajian data dan pemeriksaan dengan tepat dan komprehensif pada kasus menometroragia sehingga dapat menegakkan diagnosa dan memberikan intervensi dengan tepat sesuai masalah agar tidak terlambat penanganan yang bisa berakibat fatal

DAFTAR PUSTAKA


Depkes RI, 1993. Asuhan Kebidanan pada Klien Dengan Gangguan Reproduksi, Jakarta : Depkes RI

Manuaba, Ida Bagus, 1999. Memahami Reproduksi Wanita. Jakarta : Arcan

Manuaba, Ida Bagus. 1998. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana untuk Pendidikan Bidan. Jakarta : EGC

Mochtar, Rustam. 1998. Sinopsis Jilid I. Jakarta : EGC

Prawirohardjo, Sarwono. 1999. Ilmu Kandungan. Jakarta : YPB-SP

Prawirohardjo, Sarwono. 1999. Ilmu Kebidanan. Jakarta : YPB-SP

0 komentar:

Post a Comment

Mau?

afferinte.com

MERAIH RUPIAH KLIK INI

Join in Here