RSS Feed

Wednesday, December 15, 2010

SIFILIS DALAM KEHAMILAN DAN PERSALINAN


A. PENGERTIAN
Sifilis adalah Penyakit infeksi oleh treopnema pallidum dengan perjalanan penyakit yang kronis, adanya remisi dan eksaserbasi dapat menyerang semua organ dalam tubuh terutama sistem kardivaskuler, otak dan susunan saraf serta dapat terjadi sifilis kongenital.
Sifilis adalah Penyakit infeksi yang disebabkan oleh treponema pallidum, sangat kronik dan bersifat sistemik.
Sifilis adalah Penyakit infeksi kronik yang disebabkan oleh spirokaeta treponema pallidum.

B. KLASIFIKASI
1) Pembagian menurut WHO
a) Sifilis dini (sebelum 2 tahun)
Dapat menularkan penyakit karena terdapat treponema pallidum pada lesi kulitnya. Pada ibu hamil treponema pallidum dapat masuk ke tubuh janin.
b) Sifilis lanjut (setelah 2 tahun)
Tidak menular karena treponema pallidum tidak ada.
2) Pembagian sifilis secara klinis.
a) Sifilis kongenital
Treponema pallidum dapat melalui placenta dan masuk ke peredaran darah janin.
 Sifilis kongentila dini
Dapat muncul beberapa minggu (3 minggu) setelah bayi dilahirkan. Kelainan berupa vesikel dan bula yang setelah memecah membentuk erosi yang ditutupi krusta. Kelainan ini sering terdapat pada telapak tangan dan kaki disebut pemfigus sifilitika. Bila kelainan muncul beberapa bulan setelah bayi dilahirkan kelainan berupa papul dengan skuama yang menyerupai sifilis stadium II. Kelainan pada selaput lendir berupa sekret hidung yang sering bercampur darah, kelainan pada tulang, terutama tulang panjang, berupa osteokondritis yang khas pada foto rontgen. Bisa terdapat splenomegali dan pneumonia alba.
 Sifilis kongenital lanjut
Terdapat pada usia > 2 tahun. Manifestasi klinis baru ditemukan pada usia 7-9 tahun, dengan adanya trias Hutcinson yakni kelainan pada mata (keratitis interstitial yang dapat menyebabkan kebutaan) ketulian dan gigi Hutchinson perforatum palatum durum, serta kelainan tulang tibia dan frontalis.
 Stigmata
Terlihat pada sudut mulut berupa garis-garis yang jalannya radier, gigi Hutcinson, gigi molar pertama berbentuk seperti murbei dan penonjolan tulang frontal kepala (frontal bossing).
b) Sifilis di dapat (akuisita)
Dapat dibagi menurut 2 cara :
 Klinis : - Stadium 1
- Stadium 2
- Stadium 3
 Epidemiologi : - Stadium dini menular (dalam 1 tahun sejak infeksi terdiri atas stadium I, stadium II, stadium rekuren, stadium laten dini.
- Stadium lanjut tak menular (setelah 1 tahun sejak infeksi) terdiri atas stadium laten lanjut dan stadium III.
3) Sifilis digolongkan berdasarkan stadium :
1. Stadium I
Tiga minggu setelah infeksi, timbul lesi pada tempat treponema pallidum masuk. Umumnya hanya 1. terjadi efek primer berupa pupul yang erosif, berukuran 1-2 cm, berbentuk bulat atau lonjong, dasarnya bersih, merah, kulit disekitarnya tidak ada tanda-tanda radang dan bila diraba ada pengerasan (indurasi). Kelainan ini tidak nyeri, erosi dapat berubah menjadi ulkus berdinding tegak lurus yang disebut ulkus durum.
2. Stadium II
Sifat yang khas pada sifilis adalah jarang ada rasa gatal. Gejala konstitusi seperti nyeri kepala, demam subfebril, anoreksia, nyeri pada tulang dan nyeri leher biasanya mendahului kadang-kadang bersamaan dengan kelainan pada kulit. Kelainan yang timbul berupa makula, papul, pusful dan rupia tidak terdapat vesikel dan bula. Selain kelainan kulit pada stadium ini terdapat kelainan selaput lendir dan limfodenitis yang generalisafa.
3. Stadium III
Lesi yang khas adalah guma dapat terjadi 3-7 tahun setelah infeksi, guma umumnya satu, dapat multiple, ukuran mili sampai beriameter beberapa centimeter. Guma dapat timbul pada semua jaringan dan organ. Sifilis stadium ini dapat merusak semua jaringan, tulang rawan pada hidung dan pallatum.
4. Sifilis sesuai dengan gejala-gejalanya
a) Sifilis kardiovaskuler
Umumnya bermanifestasi 10-20 tahun setelah infeksi. Biasanya disebabkan oleh nekrosis aorta yang berlanjut ke arah katub. Tanda-tanda sifilis kardiovaskuler adalah insufisiensi aorta dan aneurisma berbentuk kantong pada aorta torakal (aneurisme aorta torakales). Pemeriksaan serologis umumnya reaktif.
b) Neurosifilis
Penyakit ini umumnya bermanifestasi dalam 10-20 tahun setelah terinfeksi. Walaupun T. Pallidum langsung bergerak setelah infeksi ke sistem otot dan saraf. Kelainan ini lebih banyak pada orang kulit putih. Neurosifilis dibagi menjadi 3 jenis, bergantung kepada tipe dan tingkat kerusakan susunan saraf pusat.
1. Neurosifilis asimtomatik
2. Neurosifilis meningovaskular
3. Neurosifilis parenkimatofosa

C. PATOFISIOLOGI
Penularan terjadi melalui kontak langsung dengan lesi yang mengandung treponema pallidum. Treponema dapat masuk melalui selaput lendir yang utuh atau kulit dengan lesi, kemudian masuk ke perdarahan darah dan semua organ dalam tubuh. Infeksi bersifat sistemik dan manifestasinya akan tampak kemudian. Perkembangan penyakit sifilis berlangsung dari satu stadium ke stadium berikutnya. 10 sampai 90 hari (umumnya 3-4 minggu) setelah terjadi infeksi. Pada tempat masuk T. Pallidum timbul lesi primer yang bertahan 1-5 minggu dan kemudian hilang sendiri. Kurang lebih 6 minggu (2-6 minggu). Setelah lesi primer terdapat kelainan kulit dan selaput lendir yang pada permulaan menyeluruh, kemudian mengadakan konfluensi dan berbentuk khas. Kadang-kadang kelainan kulit hanya sedikit atau sepintas lalu.

D. MANIFESTASI KLINIS
A. Sifilis primer (stadium 1)
 Terjadi 10 sampai 90 hari setelah infeksi
 Di awali dengan sedikit nyeri pada papula yang berkembang menjadi kangkre yaitu lesi ulserasi primer yang berbatas tegas dengan dasar dan daerah sekelilingnya mengeras dan berisi rabas purulen.
 Limfadenopati inguinal yang menyertai mungkin ada.
B. Sifilis sekunder
 Terjadi 1-6 bulan setelah infeksi
 Ruam papula pada telapak tangan dan telapak kaki, yang muncul pada saat masih terdapat lesi sifilis primer.
 Kebotakan pada rambut, alis dan bulu mata.
 Kondilomata lafa
 Lesi membran mukosa
 Gejala-gejala penyakit sistemik, mencakup demam ringan, sakit tenggorokan, suara serak/ parau, malaise, sakit kepala, anoreksia dan adenopati umum.
C. Sifilis laten
 Awal : terjadi pada saat infeksi hingga 1 tahun kemudian
 Lanjut : terjadi 1 tahun setelah infeksi hingga awalan sifilis tersier
 Tidak terdapat manifestasi klinis.
D. Sifilis tersier
 Terjadi : 1-2 tahun setelah infeksi hingga 30 tahun kemudian/ lebih
 Guma : jaringan tumor granuloma, lunak, di hati, otak, jantung, tulang dan kulit
 Kardiovaskuler : penyakit katub aorta, aneurisma aorta, penyakit arteri koroner.
E. Neurosifilis
 Terjadi pada setiap tahap sifilis
 Terdapat gejala-gejala klinis penyakit sistem saraf pusat/ SSP (misal, paralisis saraf kranial, perubahan kepribadian, kehilangan berbagai reflek).

E. DIAGNOSIS DAN DIAGNOSIS BANDING
 Diagnosis
• Observasi adanya spirocetes treponema pallidum pada pemeriksaan kamar gelap.
• RPR atau VDRL (+) diikuti oleh FTA – ABS (+) (respin antibodi tidak dapat diukur dalam 3-6 minggu setelah infeksi)
• RPR atau VDRL (+) diikuti oleh RTA-ABS (-) menunjukkan positif palsu, yang disebabkan infeksi akut oleh bakteri/ virus (misal: mononukleosis, leprosi atau malaria) atau artritis rematoid, ulangi testes ini dalam kurun waktu satu bulan.
• Hasil uji serologi monstreponemal RPR atau VDRL memperlihatkan titer yang tinggi atau meningkat 4x lipat apabila terjadi infeksi baru; titer yang rendah tidak dapat meningkat apabila ada infeksi telah diobati sebelumnya, dalam titer menurun empat kali lipat jika pengobatan adekuat.
• Hasil uji reponemal FTA-ABS kemungkinan tetap positif seumur hidup dan sebaiknya tidak dipakai untuk mengukur tahap-tahap sifilis, derajat aktruitas penyakit atau ke adekuatan pengobatan.
 Diagnosis Banding
1) Herpes genitalis
- Di awal dengan kelompok-kelompok vesikel yang disertai dengan perasaan seperti terbakar dan nyeri seperti di tusuk-tusuk. Setelah vesikel pecah, timbul ulserasi yang dangkal, tidak beraturan dan nyeri limfonodulus inguinalis dan pelvis tidak nyeri.

2) Ulkus chancroid
- Adalah peradangan yang akut dan sangat nyeri, serta dikelilingi oleh suatu zona peradangan yang luas. Tapi ulkus bergaung-limfadenopati cenderung unilateral, disertai dengan peradangan hebat dan mungkin ulserasi, diagnosis dipastikan melalui identifikasi bacil ducreji.

F. PENGARUH DARI DAN TERHADAP KEHAMILAN DAN/ PERSALINAN
 Infeksi ibu dapat mengakibatkan penularan transplasenta ke janin pada setiap umur gestasi. Ibu dengan sifilis primer dan sekunder akan lebih mungkin untuk menularkan infeksi dengan manifestasi lebih berat yang terjadi pada janin. Angka penularan untuk penyakit primer dan sekunder adalah antara 50-80% terdapat tingkat respon janin yang luas terhadap infeksi dan infeksi bawaan laten. Komponen infeksi sifilis bawaan dini antara lain hidrops yang tidak imun, hepatosplenomegali, anemia dan trombositopenia yang hebat, lesi kulit, ruam, osteitis dan periositis, pneumonia dan hepatitis. Angka kematian parenatal akibat sifilis bawaan ± 50%. Sifilis bawaan pada masa-masa akhir (di diagnosis setelah umur 2 tahun) merupakan penyakit multisistem yang ditandai dengan kelainan gigi (gigi Hutchinson, “mulberry molars”) “sabershins” (tulang kering pedang), kerusakan pada septum masal, yang mengakibatkan suatu hidung – sadek, keratitis interstisial, tuli saraf ke VIII dan kegagalan pertumbuhan.

G. PENANGANAN DALAM KEHAMILAN DAN/ PERSALINAN
 Pengobatan terhadap wanita baik yang hamil maupun tidak adalah sama, demikian juga bagi mereka yang terinfeksi dan yang tidak terinfeksi HIV.
1. Medikamentosa
• Sifilis primer dan sekunder
- Penisilin benzatin G dosis 4,8 juga unit injeksi intramuskular (2,4 juta/ kali) dan diberikan satu kali seminggu, atau
- Penisilin prokain dalam aqua dengan dosis 600.000 unit injeksi intramuskular sehari selama 10 hari, atau
- Penisilin prokain + 2% alumunium monostearat, dosis total 4,8 juta unit, diberikan 2,4 juga unit/ kali sebanyak 2 kali seminggu.

• Sifilis laten
- Penisilin benzatin, dosis total 7,2 juga unit, atau
- Penisilin prokain dalam aqua dengan dosis total 12 juga unit (600.000 unit sehari)
- Penisilin prokain + 2% alumunium monostearat, dosis total 7,2 juta unit (diberikan 1,2 juga unit/ kali, 2 kali seminggu)
• Sifilis stadium III
- Penisilin benzatin dengan dosis total 9,6 juta unit, atau
- Penisilin dengan prokain dalam aqua dengan dosis total 18 juta unit (600.000 unit sehari)
- Penisilin prokain + 2% alumunium monostearat, dosis total 9,6 juta unit (diberikan 1,2 juta unit/kali, 2 kali seminggu)
• Untuk pasien sifilis I dan II yang alergi terhadap penisilin, dapat diberikan :
- tetrasiklin 500 mg per oral 4x sehari selama 15 hari atau
- eritromisin 500 mg per oral 4x sehari selama 15 hari.
• Untuk pasien sifilin laten lanjut (> 1 tahun) yang alergi terhadap penisilin, dapat diberikan :
- Tetrasiklin 500 mg per oral 4x sehari selama 30 hari
- Eritromisin 500 mg per oral 4x sehari selama 30 hari
Obat ini tidak boleh diberikan kepada wanita hamil, menyusui dan anak-anak.
2. Pemantauan serologik dilakukan pada bulan I, II, VI dan XII tahun pertama dan setiap 6 bulan pada tahun kedua.
3. Nonmedi Kamentosa
 Memberikan pendidikan kepada pasien dengan menjelaskan hal-hal sebagai berikut :
- Bahaya PMS dan komplikasinya
- Pentingnya mematuhi pengobatan yang diberikan
- Cara penularan PMS dan perlunya pengobatan untuk pasangan seks tetapnya.
- Hindari hubungan sexual sebelum sembuh, dan memakai kondom jika tak dapat menghindari lagi.
- Cara-cara menghindari infeksi PMS di masa datang.
4. Tindak lanjut
 Wanita hamil : ulangi titer serologi pada trimester ketiga dan pada saat kelahiran, beritahukan kepada perawat kesehatan anak, sebagai tindakan antisipasi.

H. KESIMPULAN
 Sifilis merupakan salah satu penyakit menular seksual dan penyakit infeksi yang disebabkan oleh treponema pallidum dengan perjalanan penyakit yang kronis, dapat menyerang semua organ dalam tubuh terutama pada sistem kardiovaskuler, otak dan susunan saraf serta dapat terjadi sifilis kongenital.
 Pada kehamilan, infeksi ibu dapat mengakibatkan penularan transplarental ke janin pada setiap umur gestasi. Sedangkan pada persalinan infeksi dapat muncul beberapa minggu (3 minggu) setelah bayi dilahirkan.
 Penularan umum dapat terjadi melalui kontak langsung dengan lesi yang mengandung treponema pallitum.
 Pengobatan terhadap wanita baik yang hamil maupun tidak adalah sama, demikian juga bagi mereka yang terinfeksi dan yang tidak terinfeksi HIV. Selain pengobatan secara medik, petugas kesehatan perlu memberikan pendidikan atau konseling untuk mencegah penularan sifilis lebih lanjut, antara lain :
- Bahaya PMS dan komplikasinya
- Pentingnya mematuhi pengobatan yang diberikan.
- Cara penularan PMS dan perlunya pengobatan untuk pasangan tetapnya.
- Hindari hubungan seksual sebelum sembuh, dan memakai kondom jika tidak dapat menghindarkan lagi.
- Cara-cara menghindari infeksi PMS di masa datang.
 Diharapkan dengan pemberian pendidikan/ konseling pada generasi muda/ masyarakat, penularan PMS dapat dicegah.


DAFTAR PUSTAKA


 Varney, Hellen, 1997. “Varney’s Midwifery”, London Jones and Bartlett Publisher
 Fakultas Kedokteran UI, 2000. “Kapita Selekta Kedokteran Jilid II” Jakarta: Media Lous Aesculapius
 Manuaba, Ida Bagus Gde, 1998. “Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Kb untuk Pendidikan Kebidanan”, Jakarta: EGC
 Fakultas Kedokteran UI, 1987. “Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Edisi III”, Jakarta: Balai Penerbit FKUI
 Catzel, Pincus, 1990. “Kapita Selekta Pediatri”, Jakarta: EGC
 Bobak, 2004. “Keperawatan Maternitas”, Jakarta: EGC

0 komentar:

Post a Comment

Mau?

afferinte.com

MERAIH RUPIAH KLIK INI

Join in Here