RSS Feed

Wednesday, December 15, 2010

Cystoma ovarii

BAB I
PENDAHULUAN


1.1 LATAR BELAKANG
Cystoma ovarii merupakan benjolan yang berada di ovarium yang mengakibatkan pembesaran pada abdomen bagian bawah. Kehamilan yang disertai cystoma ovarii seolah-olah terjadi perlekatan ruang bila kehamilan mulai membesar. Cystoma ovarii terbanyak yang ditemukan adalah cystoma denoma ovarii serosum kira-kira 60% dari seluruh ovarium dan cystoma denoma ovarii musinosum merupakan 40% dari seluruh kelompok neoplasma ovarium. Kasus cystoma akhir-akhir ini sangat sering dijumpai, untuk itu penulis tertarik mengkaji kasus tentang cystoma ovarii dan permasalahannya.Kejadiaan kasus Cystoma ovarii yang terdapat RB Kurnia Medika yang ditemukan kira-kira 30 % dari hasil pemeriksaan USG .

1.2 TUJUAN PENULISAN
A. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu memberikan asuhan kebidanan pada klien dengan cystoma ovarii.

B. Tujuan Khusus
Dengan disusunnya asuhan kebidanan ini diharapkan:
1. Mahasiswa dapat mengkaji dan mengumpulkan dsata
2. Mahasiswa dapat mengidentifikasi diagnosa dan masalah
3. Mahasiswa dapat mengantisipasi masalah potensial
4. Mahasiswa dapat mengidentifikasi kebutuhan segera
5. Mahasiswa dapat merencanakan asuhan kebidanan
6. Mahasiswa dapat melaksanakan asuhan kebidanan yang telah direncanakan
7. Mahasiswa dapat mengevaluasi tindakan yang telah diberikan
1.3 RUANG LINGKUP
Ruang lingkup asuhan kebidanan dalam makalah ini pada masalah cystoma ovarii.

1.4 METODE PENULISAN
Metode penulisan data yang digunakan penulis dalam membuat asuhan kebidanan ini menggunakan metode studi kasus dengan pendekatan diskriptif dengan melakukan tinjauan kasus melalui:
1. Wawancara
Komunikasi langsung yang bertujuan untuk mencari informasi guna melengkapi data pasien maupun keluarga untuk memperoleh data yang akurat.
2. Observasi
Dengan cara mengamati perilaku dan keadaan pasien untuk memperoleh data tentang kesehatan pasien.
3. Studi dokumentasi
Mempelajari dan melengkapi data dengan jalan melihat catatan/status pasien.
4. Studi pustaka
Dari buku-buku penunjang.
1.5 SISTEMATIKA PENULISAN
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Tujuan Penulisan
1.3 Ruang Lingkup
1.4 Metode Penulisan
1.5 Penatalaksanaan
1.6 Sistematika Penulisan



BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Dasar Cystoma Ovarii
2.2 Etiologi
2.3 Patofisiologi
2.4 Klasifikasi
2.5 Gejala Klinis
2.6 Komplikasi
2.7 Penatalaksanaan
BAB III TINJAUAN KASUS
3.1 Pengkajian Data
3.2 Identifikasi Diagnosa dan Masalah
3.3 Antisipasi Masalah Potensial
3.4 Identifikasi Kebutuhan Segera
3.5 Intervensi
3.6 Implementasi
3.7 Evaluasi
BAB IV PEMBAHASAN
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA


2.1 KONSEP DASAR CYSTOMA OVARII
 Cystoma ovarii adalah kista kantong berisi cairan yang berbentuk di ovarium. (Sariyadi, 1993)
 Cystoma ovarii adalah suatu bentuk ovarium neoplastik jinak yang berbentuk kista. (Wikjosastro H, 1994)
 Cystoma ovarii adalah pertumbuhan yang berlebihan pada ovarium oleh karena suatu sebab jadi membesar dan berisi cairan kadang berlendir, sehingga tumor tersebut membentuk suatu kantong yang besar dinamakan kista. (Prof. Dr. Bari Syaifudin, 2000)
 Cystoma ovarii adalah suatu benjolan yang berada di ovarium yang dapat mengakibatkan pembesaran pada abdomen bagian bawah dimana pada kehamilan yang disertai kista ovarium seolah-olah terjadi perlekatan ruang bila kehamilan mulai membesar. (Sarwono, 1999)

2.2 ETIOLOGI
1. Belum jelas diketahui, terutama terjadi pada daerah industri, diperkirakan partikel talk dan abses melalui vagina uterus masuk rongga peritonium meupakan bahan perangsang pada ovarium untuk menjadi neoplasma.
2. Asal usus tumor belium jelas, tetapi pada teori yang menyebutkan bahwa penyebab tumor adalah bahan karsinogen seperti rokok, bahan kimia, sisa-sisa pembakaran zat arang, bahan-bahan tambang, virus, hormon, dan stress.
(Manuaba, 1981)

2.3 PATOFISIOLOGI
Terjadinya kista berasal dari folikel yang mengalami pembesaran yang berlanjut menjadi kista folikel atau dari beberapa folikel primer setelah tumbuh di bawah pengaruh estrogen tidak mengalami proses atresia yang lazim. Setiap bulan banyak folikel yang rusak dari kematian oocyte diikuti segera dengan degenerasi dari epitel folikel. Seringkali ruangan tersebut terisi sebagian besar diisi dengan cairan yang banyak, produksi cairan mempengaruhi terhadap besarnya tumor, perdarahan pada ruangan akan memenuhi ruangan tersebut hingga terjadi suatu hematoma folikuler.
(Syaifuddin, 2002)

2.4 KLASIFIKASI
Ovarium mempunyai kemungkinan untuk berkembang menjadi tumor jinak maupun tumor ganas. Pembagian tumor adalah sebagai berikut :
 Tumor ovarium vernigna
Golongan ini dibagi menjadi 2 yaitu kistik dan solid.
1. Tumor kistik ovarium
Merupakan jenis yang paling sering terutama yang non-neoplastik seperti kista retensi yang berasal dari korpus luteum, tetapi disamping itu ditemukan pula jenis yang betul merupakan neoplasma.
2. Tumor solid ovarium
Tumor solid ovarium ini terdiri dari beberapa jenis, antara lain:
a. Fibroma
b. Leiomioma
c. Fibroadenoma
d. Papiloma
e. Angioma
f. Limfangioma
(Manuaba, 1981)

2.5 GEJALA KLINIS
1. Banyak tumor ovarium tidak menunjukkan gejala dan tanda, terutama pada tumor yang kecil, sebag ian besar terdapatnya gejala dan tanda adalah akibat dari pertumbuhan aktifitas endokrin atau komplikasi tumor-tumor tersebut.
2. Tumor jinak ovarium yang diameternya kecil sering ditemukan secara kebetulan dan tidak memberikan gejala klinik yang berarti, tetapi pertumbuhan tumor ovarium dapat memberikan gejala karena besarnya, tetapi terdapat perubahan hormonal atau penyulit yang terjadi.
3. Pembesaran, tumor yang kecil mungkin didapatkan saat melakukan pemeriksaan rutin. Tumo dengan diameter sekitar 5 cm dianggap belum berbahaya kecuali bila dijumpai pada ibu yang telah mati haid (menopause atau setelah menopause). Besarnya tumor dapat memberikan gejala pendesakan ke segala arah dengan gangguan berkemih dan buang air besar, terasa berat di bagian bawah perut, dan teraba tumor di perut.
4. Gejala gangguan hormon, indung telur merupakan sumber hormon wanita yang paling utama sehingga bila terjadi pertumbuhan tumor dapat mengganggu pengeluaran hormon. Gangguan hormon selalu berhubungan dengan pola menstruasi yang menyebabkan gejala klinis berupa gangguan pola menstruasi dan gejala karena tumor mengeluarkan hormon.
5. Gejala klinis yang terjadi oleh karena komplikasi tumor. Gejala komplikasi tumor dapat berbentuk infeksio kista indung telur (demam, perut sakit, tegang dan nyeri lepas, penderita tampak sakit). Mengalami “torsi” oada tangkai (dengan gejala perut mendadak sakit tidak tertahan, memeriksakan diri karena sakit, keadaan umum penderita cukup baik kecuali sakitnya).
(Sarwono, 1999)

2.6 KOMPLIKASI
1. Torsi
Komplikasi ini sering terjadi terutama pada tumor dengan ukuran sedang. Faktor-faktor yang dapat menyebabkan torsi bermacam-macam dan gerakan peristaltik dari usus.

2. Ruptura kista
Ruptura kista yang kecil kadang-kadang tidak memberikan gejala, tetapi pecahnya ini dapat memberikan bahasa seperti penyebaran isi kista dalam ruang abdomen berisi cairan gelatineus.
3. Supporasi kista
Peradangan kista dapat terjadi setelah torsi atau dapat pula berdiri sendiri yaitu secara hematogen atau limfogen.
4. Perubahan keganasan
Dari suatu tumor kistik dapat terjadi keganasan pada jenis mucinosum. Kemungkinan terjadi keganasan lebih kecil bila dibandingkan dengan jenis serosum. Pada jenis musinosum berkisar 5-10% sedangkan pada cystodenoma serosum ini lebih sering jadi ganas yaitu sekitar 25%.
5. Pengaruh terhadap kehamilan dan persalinan
 Tumor yang besar dapat menghambat pertumbuhan janin sehingga menyebabkan abortus, partus prematurus.
 Tumor yang bertangkai, karena pembesaran atau pengecilan uterus setelah persalinan terjadi torsi dan menyebabkan rasa nyeri, nekrosis dan infeksi yang disebut Abdomen Akut.
 Dapat menyebabkan kelainan-kelainan letak janin.
 Tumor kistik dapat pecah karena trauma luar atau trauma persalinan.
 Tumor besar dan berlokasi di bawah, dapat menghalangi persalinan.
(Manuaba, 1981)

2.7 PENATALAKSANAAN
1. Satu-satunya terapi/pengobatan untuk neoplasma dari ovarium adalah operasi. Bila tumor ovarii disertai gejala akut misalnya torsi, maka tindakan operasi harus dilakukan pada waktu itu juga, bila tidak ada gejala akut, tindakan operasi harus dipersiapkan terlebih dahulu dengan seksama.
2. Penanganan pada kehamilan dan persalinan berdasarkan pada:
a. Kemungkinan adanya keganasan
b. Kemungkinan torsi dan abdomen akut
c. Kemungkinan menimbulkan komplikasi obstetrik, maka :
 Tumor ovarium dalam kehamilan yang lebih besar dari telur angsa harus dikeluarkan.
 Waktu yang tepat untuk operasi adalah antara kehamilan 16-20 minggu.
 Operasi yang dilakukan pada umur kehamilan di bawah 20 minggu harus diberikan substitusi progesteron:
• Beberapa hari sebelum operasi
• Beberapa hari setelah operasi, sebab ditakutkan korpus luteum terangkat bersama tumor yang dapat menyebabkan abortus.
 Operasi darurat apabila terjadi torsi dan abdomen akut.
 Bila tumor agak besar dan lokasinya di bagian bawah akan menghalangi penanganan yang dilakukan:
• Coba reposisi, kalau perlu dalam narkosa.
• Bila tidak terjadi, persalinan diselesaikan dengan sectio sesaria dan jangan lupa, tumor sekaligus diangkat.
(Prof. Dr. Rustam Mochtar, 1998)

2.8 MENEJEMEN ASUHAN KEBIDANAN
I. Pengkajian Data
Tanggal :
Tempat :
Jam :

A. Data Subyektif
1. Biodata
 Nama ibu dan suami, untuk mengenal, memanggil dan menghindari terjadinya kekeliruan.
 Umur ibu yang pertama kali periksa, dan mengetahui usia reproduksi ibu.
 Agama, untuk mengetahui kepercayaan yang dianut ibu dan memudahkan pemberian dukungan.
 Pekerjaan ibu, untuk mengetahui dimana ibu bekerja karena kemungkinan pekerjaan ibu dapat mengganggu kesehatan ibu sendiri.
 Pekerjaan suami, untuk mengetahui taraf kehidupan.
 Pendidikan, untuk memberi bimbingan sesuai dengan tingkat pendidikannya.
 Alamat, untuk memudahkan komunikasi dan kunjungan rumah.
2. Keluhan utama
Ibu mengatakan ingin periksa dengan keluhan nyeri dan ada benjolan abnormal di perut bagian bawah.
3. Riwayat haid
Untuk mengetahui siklus haid, lama haid, banyaknya dan keluhan pada saat haid yang nantinya berhubungan dengan penyakitnya.
4. Riwayat pernikahan
Umur nikah, berapa kali menikah dan lama menikah untuk mengetahui status perkawinan ibu.
5. Riwayat kesehatan sekarang
Ibu mengatakan sekarang merasa nyeri dan ada pembesaran abnormal pada perut bagian bawah.
6. Riwayat kesehatan yang lalu
Ibu mengatakan dulu pernah mengalami abortus, dan curetase, dan tidak mempunyai penyakit menular, menahun.
7. Riwayat kesehatan keluarga
Ibu mengatakan dalam keluarganya tidak ada yang menderita penyakit menular, menahun, maupun menurun.
8. Riwayat kehamilan, persalinan, nifas
KEHAMILAN PERSALINAN NIFAS KB
No Suami UK Peny Jn Pers Peno-long L/P BBL H/M Peny Lama ASI Metode Penyu-lit



9. Riwayat KB
Untuk mengetahui ibu pernah ikut KB apa sebelum hamil, berapa lama, dan rencana KB ibu.
10. Pola kebiasaan sehari-hari
a. Pola istirahat
Berhubungan dengan kecukupan kebutuan istirahat, normalnya untuk ibu nifas kebutuhan istirahat siang 1-2 jam, malam 7-8 jam, dan totalnya 10 jam.
b. Pola nutrisi
Pada ibu nifas makan 3x sehari, dianjurkan untuk memperbanyak mengkonsumsi makanan yang banyak mengandung protein dan bergizi bagi tubuh, minum sedikitnya 3 liter per hari.
c. Pola aktivitas
Pada ibu melakukan pekerjaan rumah tangga seperti mengepel, memasak, nyuci dll.
d. Pola eliminasi
BAK 4x/hari, BAB 1x/hari, berbau, warnanya kuning dan padat.
e. Personal hygiene
Mandi 2x/hari, sikat gigi 2x/hari, ganti baju tiap baru mandi dan terasa basa/berkeringat ibu ganti baju.

11. Riwayat Psikososial, Budaya dan spiritual
1. Psikologis
Pasien mengatakan hubungan dengan suaminya baik, dan baik pada anggota keluarganya yang lain.
2. Sosial
Klien mengatakan ia hidup di lingkungan yang bersih dan aman.
3. Budaya
4. Spiritual



B. Data Obyektif
1. Pemeriksaan umum
Keadaan umum : Baik/cukup, lemah
Kesabaran : Composmentis/somnoten
TTV
TD : 170-160/90 mmHg
Nadi : Normal (70-90x/menit)
Pernafasan : Normal (16-24x/menit)
Suhu : Normal (36,5-37,5oC)
TB : Normal 145 cm
BB : Sesuai dengan tinggi badan klien
2. Pemeriksaan fisik
a. Inspeksi
Muka : Tidak pucat, tidak oedema
Mata : Simetris, konjungtiva tidak pucat, sclera tidak kuning, kelopak mata tidak edema.
Leher : Simetris tidak ada pembesaran kelenjar teroid bendungan vena jugularis, maupun kelenjar limfe.
Payudara : Simetris, tidak ada benjolan abnormal.
Perut : Adanya benjolan abnormal, tidak ada luka bekas Sc.
Genetalia : Bersih tidak ada varises tidak ada odema.
Ekstrimitas : Tidak ada oedema, tidak ada varises, warna kulit tidak pucat.
b. Palpasi
Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid, bendungan vena jugularis maupun kelenjar limfe.
Payudara : Tidak ada benjolan abnormal, tidak ada nyeri tekan.
Perut : Ada benjolan abnormal di bagian perut bawah, nyeri tekan.
Ekstrimitas : Tidak ada oedema.
c. Auskultasi
Dada : Tidak ada bunyi ronkhi maupun wheering
Perut : Bising usus +
d. Perkusi
Ekstriminasi : Reflek pattela +
3. Pemeriksaan penunjang
HB : Normal 9-11 gr%
USG berdeameter pada tanggal - -2008
USG berdeameter pada tanggal - -2008

II. Identifikasi Diagnosa dan Masalah
Dx : Ny.......... usia .............. tahun ............. dengan.........
Ds : Klien mengatakan teraba benjolan pada perut bawah
Do : K/U : Baik
Kesabaran : Composmentis
Abdomen : Teraba benjolan pada perut bagian bawah, tidak ada nyeri tekan
VT : fluxus (-), flour (-)
Porsio tertutup
Adnexa membesar
Nyeri tekan

III. Antisipasi Masalah Potensial
1. Ruptur kiste
2. Supporasi kiste
3. Torsi

IV. Identifikasi Kebutuhan Segera
-

V. Intervensi
Dx : Ny........... umur............ tahun........ dengan..........
Tujuan : Diharapkan setelah dilakukan asuhan kebidanan, pasien dapat memahami apa yang telah dijelaskan.
Kriteria hasil : Pasien mengerti dengan penjelasan yang telah diberikan.

Intervensi
1. Lakukan pendekatan pada pasien atau keluarga
R/. Sehingga pasien dan keluarga kebih kooperatif sehingga memudahkan kita dalam mengambil tindakan
2. Jelaskan pada klien tentang hasil pemeriksaan
R/. Dengan penjelasan ke klien dan keluarga akan mengerti tentang keadaannya.
3. Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian terapi dan tindakan
R/. Memudahkan dalam penyembuhan.
4. Motivasi kliean dan memberikan KIE tentang hubungan sexsual dan nutrisi ibu
R/. Dengan didukung moril, rasa cemas ibu akan berkurang dan menambah pengetehuan bagi ibu.
5. Anjurkan klien untuk melakukan pemeriksaan yang lebih lengkap
R/. Deteksi adanya komplikasi lebih lanjut dan sebagai data penunjang.

Implementasi
Sesuai dengan intervensi.

Evaluasi
Tanggal : .....................................
Jam : .....................................
S : Data yang diperoleh dari klien dan keluarga
O : Data yang telah diperoleh setelah petugas melakukan pemeriksaan
A : Diagnosa setelah pemeriksaan dan sesuai analisa intervensi
P : Lanjutkan intervensi



0 komentar:

Post a Comment

Mau?

afferinte.com

MERAIH RUPIAH KLIK INI

Join in Here